Tiru China, Pemerintah Ingin Listrik di Mal Pakai Tenaga Matahari
Jakarta -  Pemerintah terus meningkatkan komitmennya  mengembangkan energi  alternatif di Indonesia. Pemerintah ingin mal-mal  di kota besar  menggunakan listrik dari tenaga matahari atau tenaga  surya.
Pelaksana  Harian Dirjen Energi Baru Terbarukan  dan Konservasi Kementerian ESDM  Kardaya Warnika mengatakan, pihaknya  telah mengusulkan agar listrik yang  dipakai di pusat perbelanjaan tidak  lagi berasal dari PLN, namun  diganti listrik dari tenaga surya.
Jadi nanti di atas atap mal-mal yang berada di kota-kota besar akan dipasang panel surya untuk pembangkit listriknya.
"Indonesia   itu kan dilalui garis Khatulistiwa sehingga banyak matahari. China  saja  yang negara subtropis pakai itu," kata Kardaya seperti dikutip  dari  situs Kementerian ESDM, Rabu (13/7/2011).
Kardaya  mengatakanm,  Indonesia membutuhkan investasi sebesar Rp 134,6 triliun  untuk  mengembangkan energi baru terbarukan hingga 15 tahun ke depan.  Hal itu  tersebut tercantum dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan  Pembangunan  Ekonomi Indonesia 2011-2025.
Dana tersebut  akan dialokasikan  untuk pengembangan energi baru terbarukan di lima  koridor yaitu Sumatera  Rp 25,06 triliun, Jawa Rp 86,3 triliun, Sulawesi  Rp 15,77 triliun,  Bali-Nusa Tenggara 2,64 triliun, serta Papua-Maluku  Rp 4,83 triliun. 
Kardaya  mengatakan  pengembangan energi baru terbarukan merupakan program  prioritas  pemerintah untuk memasok energi alternatif bagi masyarakat.  "Dana itu  untuk investasi infrastruktur maupun untuk pembangkitnya,"  ujar  Kardaya.
Menurut dia pemerintah tengah berupaya untuk   meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan di masyarakat dengan   melakukan berbagai inovasi. Salah satunya yaitu mengganti lampu-lampu   penerangan jalan di seluruh Indonesia dengan lampu penerang jalan tenaga   surya (solar cell).
Sementara untuk  pengembangan bahan  bakar nabati, lanjut Kardaya, pemerintah akan lebih  mengutamakan  pengembangan biofuel dengan bahan baku yang tidak  dimanfaatkan untuk  pangan seperti cangkang kelapa sawit dan jarak. 
"Kalau  bahan  baku biofuelnya bisa dimakan, maka akan berkompetisi dengan  industri  makanan sehingga harga beli bahan baku lebih tinggi,"  pungkasnya.
(dnl/hen)   
http://m.detik.com
